Dua belas hari waktu yang digunakan oleh tim operasi Fuyul Sojol Korpala Unhas sejak tanggal 15 Juli hingga 27 Juli 2012 untuk menembus pegunungan Ogoamas dari arah Barat ke Timur. Tim yang terdiri dari 11 orang memulai pendakian dari Dusun Bonde Kecamatan Sojol, menjangkau Puncak Sojol (2888 mtr dpl, sesuai pembacaan di GPS yang menyertai tim) dalam delapan hari. Selanjutnya empat hari kemudian tim sampai di Dusun Tiga Desa Sibolea di sisi Timur pegunungan Ogoamas.
Enam orang anggota Korpala mendampingi anggota KC dalam operasi ini untuk menuntaskan rangkaian proses mendapatkan nomor keanggotaan di Korpala. Di bawah arahan Teknikal Advisor Leonard Sebastian (K 12411475) bersama-sama dengan Abdul Jalal (K 122 09 463), Fadli Isra Saite (K 122 09 465), Musyarifuddin (K 124 11 477), Mariani (K 222 09 466) dan Kasmawati K (222 12 482) bahu membahu menguak rapatnya vegetasi pegunungan Ogoamas.
Sementara lima orang KC sebagai tulang punggung operasi ini adalah Ibnu Munzir (kc 12 / dd XXV), Firno Adhi Arta (kc 08 / dd XXV), Abd. Malik Ash Shiddiqy (kc 02 / dd XXV), Irwinsyah (kc 13 / dd XXV) dan Ari Kurniati (kc 06 /dd XXV, mencurahkan seluruh kemampuan yang telah diperoleh selama ini di Korpala untuk diterapkan dalam operasi ini.
Salah satu obyek yang begitu menarik dalam kegiatan ini adalah keberadaan suku Lauje yang mendiami pegunungan Ogoamas ini. Secara umum suku ini terbagi menjadi dua, yaitu suku Lauje Atas dan Bawah.
Suku Lauje Bawah sudah banyak berinteraksi dengan kehidupan yang lebih maju di kaki gunung. Bertani dan berkebun sudah mereka kenal dalam bimbingan penyuluh lapangan departemen pertanian. Semantara suku Lauje Atas masih cenderung hidup dengan pola yang lebih primitif. Berburu menjadi aktifitas utama untuk memenuhi kebutuhan hidup disamping mencari umbi-umbian.
Teriakan au.. au.. au.. menyambut kedatangan tim ketika memasuki kampung suku Lauje. Namun kesulitan segera menghadang, karena suku ini tidak bisa berbahasa Indonesia. Jadilah bahasa isyarat menjadi andalan komunikasi dalam berinteraksi dengan mereka.
Gubuk yang digunakan oleh suku Lauje Atas juga tersebar di wilayah atas Pegunungan Ogoamas, dimanfaatkan bersama oleh masyarakatnya. Gubuk-gubuk yang lebih kecil menjadi 'rumah singgah' bagi mereka yang harus bermalam di sepanjang rute perburuannya.
Sumpit dan parang adalah perlengkapan utama di dalam aktifitas mereka, sebagai penunjang kegiatan berburu. Mata sumpit yang telah dilumuri racun yang diambil dari jenis tumbuhan tertentu, mampu menjangkau hewan buruannya hingga jarak 20 meter. Bisa yang cukup kuat mampu melumpuhkan buruan hingga tewas dalam waktu singkat.
Beberapa flora yang menarik yang dijumpai sepanjang perjalanan ini misalnya talas dengan ukuran raksasa. Juga ada rotan dengan duri-duri seukuran victorynox. Di bagian lain ada pohon pandan besar yang saling menjalin batangnya membentuk batang raksasa.
Dalam perjalanan pulang, tim mendapat kehormatan diantar oleh dua orang suku Lauje, hingga ke kampung Sibolae. Utti dan Sohua sang pengantar yang merupakan suku Luaje Atas rupanya belum mengenal cara membersihkan diri dengan cara mandi. Kedengarannya aneh, tetapi begitulah adanya. Di kulit mereka menempel kerak-kerak kotoran menjadi daki yang begitu tebal. Dan aha.. tim Korpala mengajari mereka bagaimana mandi di sungai, menggunakan sabun dan shampo.
Sesampai di Sibolae, tim beruntung karena di tempat ini ada mesjid. Berbuka puasa menjadi terasa begitu mewah dan istimewa. Terutama ketika Fadli Isra Saite didaulat untuk memberikan ceramah taraweh..
Tim tiba kembali di mabes Korpala 29 Juli 2012 pukul 19.00 wita. Sebait kisah baru telah menambah rangkaian panjang kesaksian bisu D4 biru langit.
Keep survive with Korpala.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
fadli ceramah..kerenn
BalasHapus