Rektor Unhas Prof Idrus Paturusi : nyali yang bisa dibanggakan, berlayar menggunakan Sandeq dari Makassar ke Darwin.
Rangkaian pertama dari seminar internasional ini adalah penayangan film tentang pelayaran anggota Korpala Unhas di tahun 2011 lalu selama 41 hari menggunakan perahu Sandeq dari Makassar hingga ke Darwin. Rasa haru dan bangga begitu terasa selama film ditayangkan, ditimpali bangga seakan tak percaya akan nyali yang ditunjukkan awak Sandeq Biru Langit tersebut.
Pembicara pertama Muh Ridwan Alimuddin yang menulis buku tentang budaya suku Mandar, memulai dengan apresiasi yang tinggi akan kegiatan yang terselenggara ini. Selain berbagi tentang sejarah dan proses pembuatan perahu sandeq, beliau juga berbagi pengalaman melayarkan sandeq dari Mandar Sulawesi Barat ke Okinawa Jepang yang ditempuh selama 3 tahun.
Pemateri : dari kanan, Paul Crak, Muhammad Neil, Suryadi Mappangara dan Muhammad Ridwan Alimuddin serta moderator dari Korpala, Erni Marlina
Pemicara berikutnya, seorang pengajar di Unhas yang juga adalahAntropolog Maritim, Muhammad Neil menegaskan tentang nilai-nilai luhur yang dianut para pembuat perahu tradisional. Beliau mengambil contoh tentang 'Panrita Lopi', para pembuat perahu piinisi di Tanah Beru dan Lemo-Lemo Bulukumba Sulawesi Selatan. Penyandanga sebutan Panrita Lopi harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya adalah keturunan Raja dari Lemo-Lemo. Selain itu, seorang Panrita Lopi adalah orang yang mengabdikan seluruh hidupnya hanya untuk membuat perahu. Itulah mengapa, di dalam membuat sebuah perahu, mereka seakan-akan melahirkan anak sendiri. Semua ritual sakral tidak bisa ditinggalkan sedikitpun. Harus lengkap dan khusyuk. Satu hal penting lainnya adalah, para Panrita Lopi hanya akan membuat perahu di kampungnya sendiri, yaitu Tanah Beru dan Lemo-Lemo. 'Perahu tidak akan pernah lahir di luar daerah tersebut'.
Hinga saat ini hanya tersisa 6 orang saja yang masih layak menyandang predikat sebagai Panrita Lopi. Sementara di sentra pembuatan perahu lainnya, misalnya di desa Ara, tidak ada yang memenuhi kualifikasi untuk bisa disebut sebagai Panrita Lopi, Itu juga yang menjadi dorongan, orang-orang Ara bisa menyebar ke berbagai tempat lain di Nusantara, dan memproduksi perahu seperti yang ada di Sumatera.
Hampir senada dengan pembicara pertama Muhammad Ridwan, perahu Sandeq yang 'sebenarnya' haruslah melalui suatu proses yang panjang, mulai dari pemilihan jenis kayu, saat menebang pohon, hingga pembuatannya yang secara keseluruhan tidak boleh menggunakan teknologi. Misalnya saja, penebangan pohon menggunakan kapak khusus, tidak boleh menggunakan gergaji mesin (chain saw).
Begitu juga untuk mewarnai badan sandeq, menggunakan bahan yang sangat natural berupa koral yang ditumbuk halus lalu dicampur dengan minyak kelapa. Yang juga cukup menarik, alat untuk aplikasi bahan campuran koral ke perahu, menggunakan buah pepaya yang masih muda. Bilah buah yang muda itulah yang berfungsi meratakan sapuan adonan ke seluruh permukaan badan Sandeq.
Terakhir, Paul Clack menyajikan gambar-gambar dari koleksi museumnya di Darwin, dengan penekanan pada dua macam perahu tradisional bernama Padewakang dan Kora-Kora. Beberapa model dari kedua perahu tersebut, desertai beberapa data tentang metamorfosa bentuk dari waktu ke waktu. Bagaimana perkembangan bentuk layar dari segi empat ke bentuk segi tiga, disertai perubahan-perubahan detail lainnya di dalam kostruksi perahu tradisional tersebut.
Di akhir pemaparan Clark, terselip satu pertanyaan yang cukup menggelitik para akademisi yang hadir, dengan pertanyaan beliau tentang 'bagaimana hubungan Sandeq dengan Kora-Kora'. Pertanyaan yang membuka suatu ruang yang bisa dimanfaatkan oleh para penggiat budaya kemaritiman untuk suatu bidang penelitian yang menantang.
Pameran foto-foto kegiatan Korpala Unhas yang mencakup bidang Bahari, Caving, Rock Climbing dan Mendaki Gunung. Dipajang sepanjang tangga masuk ke Aura Prof.Ahmad Amiruddin selama seminar berlangsung.
Kegiatan seminar internasional ini ditutup dengan penyerahan kenang-kenangan ke setiap nara sumber, yang diserahkan langsung oleh ketua Korpala, berserta Buletin Lembanna versi hard copy edisi khusus tentang ekspedisi pelayaran akademis-2.
Wow kegiatan yang membanggakan bagi semua anggota. Teruslah membuat kegiatan yang membuat sejarah positif generasi muda & kampus. Viva. KORPAL.A
BalasHapusHilda Putong
teruslah berkarya...sukses slalu buat korpala
BalasHapusHal-hal semacam ini kurang sekali terekspos ke media. Para senior juga tidak pernah mendengar acara ini yg sangat membanggakan.
BalasHapusBang Hero, tolong sy dikirimkan pengingat apabila ada kegiatan semacam ini.
Selamat kepada pengurus dan panitia atas suksesnya acara ini.
We salute you!!
Bang Haji Indra, update artikel bisa diperoleh secara realtime dengan submit email di bagian kanan itu.. :)
BalasHapusIt's awesome, It's KORPALA
BalasHapus