Setelah melakukan ekspedisi selama satu bulan lebih, kini Tim Indonesia Japan Cave Expedition 1994 yang terdiri dari atas sepuluh orang, tiga orang dari Korpala Unhas dan tujuh orang dari Jepang telah kembali dengan selamat, dan diterima oleh Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. H. Basri Hasanuddin, MA dikediaman, Selasa (23/3) lalu yang dirangkaikan dengan ramah tama. hadir pada kesempatan satu anggota Korpala Unhas dan konsul Jepang.
Ekspedisi yang sempat tertunda setahun menurut Ketua Tim Agus Yanı Sambodja saat melaporkan hasil ekspedisi disebabkan salah satu anggota tim ekspedisi dari Jepang mengalami kecelakaan. Selanjutnya Yani menuturkan, tim meninggalkan Ujungpandang menuju Irian Jaya sejak 12 Februari lalu. Minggu pertama berada di Jayapura dilewatkan dengan melapor ke pemerintah setempat dan mengurus surat izin. Selama berada di Jayapura tim menginap di Sentani yang berjarak sekitar 37 Km dari kota Jayapura. Selain mengurus surat izin tim juga berbelanja untuk perlengkapan dan konsumsi selama ekspedisi.
Dari Jayapura tim meneruskan perjalanan ke Nabire. Karena Nabire hanya bisa ditempuh lewat udara, sedang pesawat yang disediakan cukup terbatas itu pun subsidi bagi masyarakat pedalaman dengan jadwal penerbangan tiga kali seminggu, maka tim dibagi tiga. Tim terakhir tiba di Nabire Sabtu, (19/2). Di sini tim menginap selama tiga hari untuk melapor dan mengurus surat izin pada pemerintah setempat. Selanjutnya tim menuju ke Illaga yang berjarak sekitar 2.200 Km dari Nabire. Untuk mencapai Illaga harus menggunakan trasportasi udara yang fasilitasnya terbatas, sehingga tim dibagi tiga. Tim pertama yang berjumlah empat orang berangkat tanggal 22 Feb. dengan memakai pesawat carteran, begitu pula dengan tim yang kedua yang juga berjumlah empat orang. Hanya tim ketiga yang menggunakan pesawat Merpati subsidi dari pemerintah. Setelah tim terakhir tiba (23/2) dan berkumpul dengan tim sebelumnya maka tim pun melapor dan mengurus surat izin sekaligus beradaptasi dengan lingkungan dan masyarakat setempat serta melakukan survei selama tiga hari. Survei yang dilakukan itu bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai daerah atau lokasi ekspedisi yang dituju. Berdasarkan hasil survei lalu dipilihlah desa Mayuberi dan desa Missimaga yang dianggap banyak memiliki gua karena menurut petunjuk daerah ini adalah daerah karst."Berdasarkan pengalaman pada, daerah karst lebih mudah terbentuk gua," jelas Agus Yani Sambodja. Untuk mencapai desa Mayuberi dibutuhkan waktu dua jam dengan jalan kaki, karena tidak ada alat transportasi dan tim dibagi dua. Tim pertama berjumlah enam orang dan tim kedua berjumlah empat orang. Selama melakukan perjalanan, kedua tim mendapat bantuan dan pengawalan dari pejabat setempat. Dikedua desa inilah aktivitas penelusuran gua di laksanakan.
Ekspedisi penelusuran gua dimulai sejak 27 Februari hingga 12 Maret di desa Missimaga yang memiliki ketinggian sekitar 200-310 meter. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan sebelumnya kalau kemungkinan ditemukannya banyak gua di daerah ini lebih besar. Namun, karena ekspedisi penelusuran gua baru pertama kalinya dilakukan di daerah ini, informasi yang didapat dari masyarakat setempat sangat minim. Inilah yang menurut Agus yang menghambat penelusuran. Masyarakat tidak mengerti gua apa yang dicari. "Masyarakat terkadang memeberi informasi tentang ditemukannya gua, sedang setelah tim ke sana yang ada hanya liang bukan gua seperti yang dicari, terlebih bila jarak yang ditempuh jauh, terpaksa tim pulang dengan kecewa," ujar Agus, tapi hal itu menurutnya tidak mengendorkan semangat. Hal ini pula yang menjadi hambatan, selain letak gua yang rata-rata di daerah pegunungan dengan ke tinggian rata-rata 170 m, sehingga harapan untuk menmukan gua terdalam dan terpanjang di daerah ini tidak tercapai. Selama dua minggu melakukan ekspedisi penelusuran gua, setiap harinya tim dibagi tiga dengan anggota yang bergilir, sehingga setiap hari ditemukan tiga buah gua. Setelah melakukan pendataan terhadap gua yang ditemukan ada delapan buah gua yang memenuhi karakteristik, yakni lima buah gua horizontal yang tidak begitu panjang, hanya satu yang memiliki panjang sekitar 800 meter lebih yaitu gua Obino. Tiga lainnya adalah gua vertikal, dari ketiga gua ini, yang terdalam adalah gua Buname dengan kedalaman sekitar 170m.
Aktivitas
dilakukan mulai pagi hingga sore sedangkan malamnya digunakan untuk istirahat,
diskusi dan melayani masyarakat yang berkunjung di tempat penginapan. Mereka
terkadang minta bantuan atau sekedar cerita. Karena bekal tim terbatas,
terpaksa bantuan yang diberikan pun terbatas. Kemudian tanggal 12 Maret
Ekspedisi dihentikan dan tim bersiap kembali. Selanjutnya tim meninggalkan
lokasi menuju ibu kota kecamatan tanggal 13 Maret dan menginap di kantor
Kapolsek selama tiga hari untuk melapor, istirahat dan melaksanakan Shalat EID
bersama masyarakat setempat."Saat itu keharuan meliputi perasaan
kami," tutur Agus. Tim kembali ke Ujungpandang tanggal 21 Maret setelah
melewati rute yang dilalui sebelumnya. Namun, sebelum meninggalkan Irian Jaya
Tim sempat beristirahat dan refresing di Jayapura.
Meskipun
tujuan utama tidak tercapai, tim Korpala Unhas dan Jepang tidak merasa kecewa.
Mengingat informasi yang tidak lengkap tentang lokasi yang dipilih. Illaga
dipilih hanya berdasarkan peta. Sehingga tim ekspedisi ini berharap untuk
kembali ke sana lagi meneruskan penelusuran. Hal ini disampaikan Agus Yani
Sambodja dalam laporan perjalanannya pada acara Ramah Tamah dan penerimaan
kembali tim "Indonesia Japan Cave Expedition". Hal yang sama
disampaikan Tsuchiya Tomoyoshi, tim dari Jepang. Ia mengaku sangat senang dan
berharap bisa kembali lagi ke sana
Sementara Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. H. Basri Hasanuddin, MA sangat mendukung kerjasama yang terjalin antara mahasiswa Unhas dan mahasiswa Jepang dan berharap agar kerja sama ini tetap dipelihara dan dikembangkan. Kalau bisa kerja sama ini bisa dikembangkan tidak hanya Korpala, tapi di bidang-bidang lain. Mudah-mudahan di masa yang akan datang mahasiswa Unhas juga bisa berkunjung ke Jepang," ujarnya yang disambut gembira oleh segenap anggota Korpala Unhas dan Jepang yang hadir. Senada dengan rektor 1. Konsul Jepang juga mengharapkan kerjasama ini dapat berlangsung terus dan lebih erat lagi.
-Bidang data dan informasi periode 2024
0 Response to "INDONESIA-JEPANG MENYATU DALAM GUA"
Posting Komentar